(Ambin Demokrasi)
Oleh: Noorhalis Majid
DETAKWAKTUNEWS – Seorang kawan yang mengamati perhelatan pemilu 2024 mengaku, sudah kehabisan kata-kata menggambarkan proses pemilu yang sedang berlangsung.
Satu waktu dikatakannya brutal, lain waktu disebutnya amburadul, barbar, dan ketika proses perhitungan mendekati final, dia bahkan kehabisan kata-kata.
Setelah marak main uang dengan jumlah dan cara yang tidak masuk akal, dilanjutkan “main kayu”. Apa itu main kayu? Memilih cara kekerasan, memaksa dengan segala cara, agar bisa lolos memenangkan pemilu.
Penggelembungan suara mulai tingkat PPS, PPK hingga KPUD terjadi begitu massif. Bagaimana bisa dilakukan?
Sekarang keadaannya sudah terbolak-balik tidak karuan. “Semua yang seharusnya netral ternyata di lapangan tidak netral. Dan semua yang mesti tidak netral, justru memilih netral”. Kok bisa, tidak bahaya tha?, tanya kami kepada kawan tadi.
Sepertinya tidak ada yang ditakuti lagi. Sebab segalanya sudah dikawal, dikondisikan. Pengertian “mengawal perolehan suara” sudah mengalami revolusi yang sangat luar biasa. Bila masyarakat sipil menafsirkannya dengan menjaga agar jangan sampai ada kecurangan. Sebaliknya, mengawal perolehan suara, justru dimaknai menghilangkan segala kendala, hambatan, rintangan yang dapat mengganggu seseorang atau satu partai untuk lolos sebagai pemenang. Seperti polantas yang mengamankan lajunya mobil pejabat, memaksa mobil lainnya menepi, menyingkir, hingga mobil yang dikawal berjalan lancar, tepat waktu sampai tujuan.
Berarti semuanya terlibat? Tentu saja. Itulah yang dimaksud “main kayu”. Karena bila tidak dengan cara kasar, berupa intimidasi, paksaan dan ancaman, mustahil bisa memenangkan yang nyata kalah menjadi pemenang.
Apakah tidak tendensius? Tanya kami memastikan. Silahkan rasakan sendiri. Kalau tidak mampu mengamati, cukup renungi, resapi, dalami segala informasi terkait proses yang sedang terjadi, maka cerita tentang “main kayu” akan terdengar di ruang-ruang gelap dan sunyi, kata kawan tadi berbisik. (nm/Red)