(Ambin Demokrasi)
Oleh: Noorhalis Majid
DETAKWAKTUNEWS, Bagaimana demokrasi dihancurkan? Caranya dengan meracuninya dengan duit. Ada yang berpendapat, Pemilu kali ini sebagian besar dimenangkan oleh yang berduit. Dan duit telah menjadi racun yang efektif menghancurkan dan membunuh demokrasi.
Bila ada yang mengeluh tidak mendapat suara, maka jawabannya pasti “pian kada mambari duit pang”. Kalau pun ada yang memberi duit, dijawab lagi, “jumlah duit pian kalah banyak, dibilas oleh si anu, si itu, dengan angka yang lebih besar”.
Kenapa itu sampai terjadi, jawabnya pun tidak jelas, “kaya itu pang sudah, ngalih banar. Samunyaan manakunkan duit”, jawab para makelar dan pembelantikan.
Siapa yang berperan sebagai “pembelantikan” dan “pahayaman” itu? Oh, jangan kira dilakukan orang awam. Sebagian dilakukan oleh oknum ketua dan segenap perangkat RT dan RW. Dengan posisinya di tengah masyarakat, maka data warga sangat lengkap di tangan. Bukan hanya itu, lebih mudah menyalurkan duit, karena secara emosional dekat dengan warga.
Maka tidak benar penyalur money politik orang yang tidak paham, dan kurang berpendidikan. Dengan melibatkan oknum RT dan RW, menggambarkan perbuatan jahat tersebut dilakukan oleh para tokoh di lingkungan warga yang berpendidikan.
Tentu tidak bisa disalahkan, karena tokoh pada level yang lebih atas, juga melakukan hal yang kurang lebih sama. Bahkan dilakukan oleh oknum lurah yang paling tinggi.
Caleg yang menjadi dalang juga bukan orang awam, sebagian mantan orang penting, bahkan mantan pejabat yang sangat berpendidikan, sangat paham dan fasih soal hukum dan segala konsekuensi money politik.
Jangan-jangan semua elemen pada semua level sedang “batuturukan” menghancurkan demokrasi. Seolah duit sogok Pemilu tersebut sebagai tanda kebaikan. Padahal racun yang membunuh demokrasi. Dan tidak sadar manakala demokrasi sudah mati, jangan berharap lahir perbaikan kehidupan politik. (nm/Red)
