Senin, Juni 16, 2025
spot_img
BerandaBerita UtamaFKUB KALSEL; BELAJAR KERAGAMAN SOSIOKULTURAL JABAR

FKUB KALSEL; BELAJAR KERAGAMAN SOSIOKULTURAL JABAR

DETAKWAKTUNEWS – Kami datang ke Jawa Barat (Jabar) ingin belajar bagaimana Pemerintah Provinsi serta FKUB mengelola kebebasan beragama dan berkeyakinan yang begitu majemuk dengan jumlah penduduk sangat besar, terutama kontribusi dalam penanganan konflik dan peran FKUB, kata Ilham Masykuri Hamdie, ketika disambut Kepala Biro Kesra Pemprov Jabar, Kamis 29 Agustus 2024 di gedung Sate Pemprov Jabar.

Demikian halnya Karo Kesra Pemprov Kalsel, Fatkhan, mengatakan maksud dan tujuannya berkunjung, yaitu ingin belajar tentang bagaimana cara menangani konflik agama, guna meningkatkan tugas dan fungsi Kesra dalam menjalankan tugas, agar kualitas kehidupan antar umat beragama semakin meningkat.

KH Rafani Achyar, Ketua FKUB Jabar yang juga turut hadir menyambut rombongan FKUB Kalsel, menjelaskan bahwa Jabar memiliki penduduk yang sangat besar, lebih 50 juta jiwa. Selain agama resmi, agama lokal juga tumbuh subur. Terkait kasus gereja Yasmin, merupakan kasus yang berlarut, sehingga menjadi sororan nasional dan internasional. FKUB diminta turut menangani, walau peristiwanya di Kota Bogor.

Perlu berbagai terobosan dalam membangun kerukunan. Kasus Al Zaitun, di Indramayu misalnya. FKUB juga dipanggil dan diminta menyelesaikan oleh pemerintah pusat. Padahal kasus tersebut berdimensi hukum dan sangat rumit karena melibatkan banyak pihak.

Di Jabar ini sangat banyak sekali kasus menyangkut antar maupun internal agama, mulai dari kasus Ahmadiyah, Syiah, dan agama-agama baru, bahkan nabi dan rasul baru yang turun di Jabar, begitu juga kasus-kasus kolaborasi transnasional dengan aliran agama lokal, kata KH Rafani sambil tersenyum.

Keunikan Indonesia, termasuk Jabar, bertemunya paham keagamaan dengan paham kebangsaan. Titik temunya adalah Pancasila yang dalam Islam disebut kalimatun sawa yang berarti kata sepakat atau titik temu. Faktor kerukunan tidak hanya soal agama, tapi juga sosial, politik, ekonomi dan budaya.

KH Rafani juga menjelaskan bahwa FKUB Jabar telah membangun kampung kerukunan, setidaknya sudah ada 11 kampung dibentuk. Dikampung kerukunan tersebut didampingi hingga bagaimana membentuk koperasi dan fasilitas umum untuk kepentingan bersama, serta merumuskan kesepakatan bila konflik benar-benar terjadi.

Kenapa tumbuh subur hal-hal yang mengagetkan bagi daerah lain, padahal orang-orang yang melakukannya tergolong memiliki bekal ilmu agama yang cukup?. Bagaimana pula mengakomodir agama lokal dalam FKUB dan lembaga kerukunan lainnya?, tanya Noorhalis Majid, ketua Bidang Dialog FKUB Kalsel.

Bayani Dahlan, sekretaris FKUB Kalsel, juga menanyakan bagaimana sikap MUI dan pemerintah soal keberadaan Syiah dan Ahmadiyah yang bertentangan dengan fatwa MUI.

KH Rafani menjawab, bahwa jumlah penduduk yang sangat besar, ditambah beragamnya sosiokultural, menyebabkan hal-hal tersebut terjadi. Betul saja sudah dibekali pengetahuan agama yang cukup, namun kemudian berinteraksi dengan beragam kultur budaya, aliran agama, pandangan dan paham keagamaan, serta dicampur berbagai kepentingan politik, akhirnya melahirkan sesuatu yang mengagetkan, termasuk menjadi aliran yang dianggap menyimpang, atau bahkan menciptakan aliran baru. Itulah tantangan FKUB dan Pemerintah Jabar yang harus dihadapi, karenanya harus terus berinovasi menghadapi tantangan-tantangan yang tergolong unik tersebut. Termasuk menghadapi Ahmadiyah dan Syiah yang begitu besar komunitasnya di Jabar ini, kata KH Rafani.

Setelah dari Gedung Sate Pemerintah Provinsi Jabar, rombongan FKUB Kalsel melanjutkan kunjungan ke komunitas Ahmadiyah Bandung.

Di markas Ahmadiyah Bandung, rombongan FKUB Kalsel disambut oleh para pengurus Ahmadiyah, mereka memaparkan tentang 9 fakta mengenai Ahmadiyah yang sering disalah pahami.

Dari paparan juru dakwah Ahmadiyah, diterangkah bahwa syahadat komunitas Ahmadiyah sama saja dengan komunitas Islam lainnya, bahkan lebih banyak persamaan dari pada perbedaan. Adapun yang dianggap berbeda, hanya paham soal Dajal dan Nabi Isa. Menurut paham Ahmadiyah, Dajal sudah ada, karena semua yang dijelaskan tentang Dajal, adalah simbol-simbol yang membuat manusia menjadi sesat dan ingkar pada agama. Pun terkait Nabi Isa, menurut Ahmadiyah, setelah proses penyaliban, Nabi Isa tidak naik ke langit, namun mengelana kembali hingga ke India atau Hindustan. Nabi Isa hidup sampai lanjut usia dan meninggal di in Srinagar, Kasmir.

Misi dari Ahmadiyah adalah menebarkan rasa cinta pada semua orang. Mengedepankan dialog antar agama, dan jihad intelektual. Humanity first, betul-bentul satu kegiatan kemanusiaan tanpa dimuati kepentingan lainnya. Cinta tanah air bagi Ahmadiyah bagian dari iman. Keberadaan Ahmadiyah, merupakan kebersinambungan sisyem dalam Islam, kata juru bicara Ahmadiyah.

Dialog dan tanya jawab menyangkut Ahmadiyah begitu menarik, para pengurus FKUB Kalsel mengajukan berbagai pertanyaan, mulai dari hal-hal yang dianggap berbeda dengan kelompok lain, hingga strategi Ahmadiyah dalam merespon berbagai reaksi masyarakat akan keberadaan Ahmadiyah. (nm)

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
SELAMAT HARI JADI KE- 22 KABUPATEN BARITO TIMUR ┃ 3 AGUSTUS 2002 - 3 AGUSTUS 2024 ┃SEHAT, EDUKATIF, HARMONIS, AMAN, TENTRAM, BER-IMAN┃

Most Popular

Recent Comments